Alasan Burung Cendrawasih Dijuluki Burung Surga
Umumnya, burung cenderawasih dijuluki sebagai burung surga (bird of paradise), disebabkan oleh kombinasi antara keanggungan bulu serta keindahan alam habitatnya.
Bulu burung cenderawasih yang menawan serta alam Papua yang indah membuat banyak orang menjuluki burung ini sebagai burung surga. Tetapi, dulu burung cenderawasih memiliki julukan yang lain, yaitu birds of God atau burung Dewata.
Ceritanya bermula pada saat Ferdinand Magellan, seorang penjelajah asal Spanyol, bersama krunya datang ke wilayah Bacan, Maluku Utara. Di sana Magellan diberi sepasang burung cenderawasih yang telah diawetkan sebagai cenderamata. Burung tersebut dilihat sebagai burung yang sangat cantik oleh Magellan, yang kemudian dipersembahkan sebagai hadiah kepada raja Spanyol.
Dikutip dari sebuah buku, beberapa masyarakat Eropa yang lalu mengenal burung cenderawasih menganggap burung cenderawasih sebagai burung yang indah, setebal merpati dengan kepala yang mungil, serta paruh yang cukup panjang dan kaki setipis bulu. Mereka diberitahu bahwa burung tersebut berasal dari sebuah tempat bak surga di bumi (earthly paradise) dan diberi nama Bolon diuata (burung dewata) atau birds of God.
Menjelang akhir abad ke-16, burung cenderawasih mulai dikenal di beberapa negara di Eropa dan memiliki banyak julukan; orang Portugis menjuluki burung cenderawasih sebagai passaros de sol atau burung matahari, dikarenakan warna bulunya sama seperti warna kilauan cahaya matahari. Sedangkan, dalam bahasa Latin, burung cenderawasih dijuluki sebagai Avis paradiseus atau birds of paradise. Anehnya, pedagang-pedagang Melayu menjuluki burung cenderawasih sebagai 'burung mati' dikarenakan mereka tidak pernah melihat burung yang hidup secara langsung.
Lalu, berkembanglah mitos bahwa burung cenderawasih tidak pernah bertengger ke tanah melainkan selalu terbang hingga mereka mati dan jatuh ke daratan. Mitos ini pun menjadi inspirasi Carl Linnaeus, seorang ahil botani asal Swedia, untuk memberi nama Paradisaea apoda (the Feetless Bird of Paradise) sebagai nama ilmiah cenderawasih kuning-besar.
Makna paradise pada julukan birds of paradise pun lebih diperkuat pada saat Peter Paul Rubens
dan Jan Brueghel the Elder memasukkan lukisan burung cenderawasih ke dalam lukisan mereka, The Earthly Paradise with the Fall of Adam and Eve.
Sumber: Quora
Bulu burung cenderawasih yang menawan serta alam Papua yang indah membuat banyak orang menjuluki burung ini sebagai burung surga. Tetapi, dulu burung cenderawasih memiliki julukan yang lain, yaitu birds of God atau burung Dewata.
Ceritanya bermula pada saat Ferdinand Magellan, seorang penjelajah asal Spanyol, bersama krunya datang ke wilayah Bacan, Maluku Utara. Di sana Magellan diberi sepasang burung cenderawasih yang telah diawetkan sebagai cenderamata. Burung tersebut dilihat sebagai burung yang sangat cantik oleh Magellan, yang kemudian dipersembahkan sebagai hadiah kepada raja Spanyol.
Dikutip dari sebuah buku, beberapa masyarakat Eropa yang lalu mengenal burung cenderawasih menganggap burung cenderawasih sebagai burung yang indah, setebal merpati dengan kepala yang mungil, serta paruh yang cukup panjang dan kaki setipis bulu. Mereka diberitahu bahwa burung tersebut berasal dari sebuah tempat bak surga di bumi (earthly paradise) dan diberi nama Bolon diuata (burung dewata) atau birds of God.
Menjelang akhir abad ke-16, burung cenderawasih mulai dikenal di beberapa negara di Eropa dan memiliki banyak julukan; orang Portugis menjuluki burung cenderawasih sebagai passaros de sol atau burung matahari, dikarenakan warna bulunya sama seperti warna kilauan cahaya matahari. Sedangkan, dalam bahasa Latin, burung cenderawasih dijuluki sebagai Avis paradiseus atau birds of paradise. Anehnya, pedagang-pedagang Melayu menjuluki burung cenderawasih sebagai 'burung mati' dikarenakan mereka tidak pernah melihat burung yang hidup secara langsung.
Lalu, berkembanglah mitos bahwa burung cenderawasih tidak pernah bertengger ke tanah melainkan selalu terbang hingga mereka mati dan jatuh ke daratan. Mitos ini pun menjadi inspirasi Carl Linnaeus, seorang ahil botani asal Swedia, untuk memberi nama Paradisaea apoda (the Feetless Bird of Paradise) sebagai nama ilmiah cenderawasih kuning-besar.
Makna paradise pada julukan birds of paradise pun lebih diperkuat pada saat Peter Paul Rubens
dan Jan Brueghel the Elder memasukkan lukisan burung cenderawasih ke dalam lukisan mereka, The Earthly Paradise with the Fall of Adam and Eve.
Sumber: Quora
Posting Komentar untuk "Alasan Burung Cendrawasih Dijuluki Burung Surga"