Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengenal Burung Kepodang serta Mitos dan Filosofinya

Kepodang adalah burung berkicau (Passeriformes) yang mempunyai bulu yang indah dan juga terkenal sebagai burung pesolek yang selalu tampil cantik, rapi, dan bersih termasuk dalam membuat sarang. Kepodang merupakan salah satu jenis burung yang sulit dibedakan antara jantan dan betinanya berdasarkan bentuk fisiknya. Burung kepodang termasuk jenis burung kurungan karena dibeli oleh masyarakat sebagai penghias rumah, oleh karenanya burung ini masuk dalam komoditas perdagangan yang membuat populasinya semakin kecil.

Mengenal Burung Kepodang serta Mitos dan Filosofinya

Penyebaran
Burung kepodang berasal dari daratan China dan penyebarannya mulai dari India, Asia Tenggara, kepulauan Philipina, termasuk Indonesia yang meliputi Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara. Burung ini hidup di hutan-hutan terutama di daerah tropis dan sedikit di daerah sub tropis dan biasanya hidup berpasangan. Di pulau Jawa dan Bali burung kepodang sering disebut dengan kepodang emas

Burung kepodang emas merupakan maskot Jawa Tengah. Burung ini memiliki karakteristik yang menarik sehingga pemerintah di Jawa Tengah menjadikannya sebagai maskot. Apa saja yang menarik dari burung ini, ya?

Ciri-ciri Burung Kepodang
Kepodang emas atau dalam bahasa latin bernama Oriolus chinensis memiliki ciri uatama yaitu bulu berwarna kuning keemasan dengan corak hitam di kepala. Paruh burung ini memanjang dan berwarna putih seperti gading dengan panjang badan mencapai 25 sentimeter dari paruh hingga ekornya.

Burung kepodang yang masih muda memiliki warna yang lebih gelap dan disebut sebagai kepodang batu. Bulu-bulu kepodang batu yang berwarna gelap akan rontok dan berganti menjadi bulu berwarna kuning yang semakin jelas dan terang saat dewasa. Fase ini disebut dengan kepodang kapur, karena warnanya menyerupai kapur.

Perubahan warna burung kepodang masih berlanjut hingga menjadi warna keemasan yang disebut sebagai kepodang emas. Ini muncul setelah burung tersebut berusia 1,5 tahun.

Filosofi dan mitos burung kepodang

Kepodang emas sering dipelihara sebagai burung hias yang harganya cukup mahal dan kini jumlahnya sudah langka. Burung kepodang memiliki filosofi dan mitos antara lain sebagai berikut.

1. Menurut budaya wong Jawa, burung Kepodang Emas adalah perlambang keselarasan, kekompakan dan ahlak yang baik. 

2. Kepodang emas, dengan warna bulu kuning keemasan, mempunyai keselarasan dengan simbol kejayaan dan kemakmuran. Itulah sebabnya, burung ini banyak dikoleksi oleh para kalangan atas orang Jawa di masa lampau.

3. Dengan tampilan warna bulunya yang begitu indah, rapi, dan gemarannya membersihkan diri sendiri. Burung ini menarik sebuah mitos, yaitu jika seorang wanita sedang hamil lalu memakan daging burung ini, maka dia akan melahirkan anak yang mempunyai paras tampan atau cantik. Tradisi ini masih ditemukan sampai jaman sekarang. Yaitu pada ritual ‘mitoni’ atau saat usia kehamilan mencapai tujuh bulan.

4. Karakter dan keindahanya yang sangat menarik membuat pemerintah daerah Jawa Tengah menjadikanya  maskot atau icon daerah.

5. Menurut kepercayaan orang Sunda, Burung kepodang emas dipercaya sebagai burung “Tolak Bala”. Terdapat mitos yang mengatakan bahwa apabila suatu rumah memelihara burung kepodang emas, maka pemiliknya akan dijauhkan dari berbagai kesialan atau malapetaka yang akan menimpanya.

Karena kepodang emas ini tergolong hewan yang dilindungi, seyogyanya apabila kita ingin memilikinya maka harus melalui proses perizinan ke pemerintah setempat. 

Perburuan secara membabi buta menjadikan burung kepodang emas semakin langka ditemui di habitatnya, dipasar gelap atau ditangan kolektor pun sama, bila kondisi ini semakin berlanjut maka tidak lama lagi kepodang emas akan punah. Mari kita jaga kelestariannya sehingga anak cucu kita dapat melihat keindahan kepodang emas secara langsung bukan sekedar melalui media ataupun foto belaka.


Suara burung kepodang sangat nyaring dengan kicuannya yang mirip dengan suara seruling atau siulan. Bunyi paruh burung ini terdengar seperti “ckckck” yang cukup keras. Selain itu, dia juga pandai sekali menirukan suara burung lain, seperti menirukan suara burung ciblek dan prenjak

Sumber: 
Wikipedia
Bobo
gacogacor

Posting Komentar untuk "Mengenal Burung Kepodang serta Mitos dan Filosofinya"