Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kelelawar dan Kemampuan Ekolokasinya yang Hebat

Kelelawar adalah satu-satunya mamalia yang dapat terbang, dan berasal dari ordo Chiroptera dengan kedua kaki depan yang berkembang menjadi sayap.  Dilihat dari makanannya terdapat beberapa jenis kelelawar antara lain :
a.  Kelelawar pemakan buah
b.  Kelelawar pemakan serangga
c.  Kelelawar penghisap darah


Sebutan kelelawar dalam penamaan lokal antara lain lawa, lowo, kampret, codot (Jawa), lalai, kampret (Sunda), cecadu, tayo, kusing, prok, hawa (suku Dayak di Kalimantan), atau lawa, niki, paniki oleh masyarakat Indonesia Timur).


Kelelawar dan Kemampuan Ekolokasinya yang Hebat

 Kelelawar memiliki jumlah spesies terbanyak kedua setelah mamalia pengerat dalam kelas mamalia. Jumlah spesies kelelawar yang melimpah sangat bermanfaat bagi alam itu sendiri. Keberadaannya sangat penting bagi kehidupan manusia karena perannya sebagai pemencar biji buah-buahan (Hodgkison et al. 2003) dan juga sebagai penyerbukan bunga maupun buah-buahan.


Kelelawar dapat dijumpai di gua-gua gelap dan bergelantungan di pohon saat siang hari. Pada malam hari mereka akan mencari makan karena kelelawar adalah makhluk nokturnal atau hewan yang beraktivitas di malam hari.

Selain unik karena kelelawar adalah satu-satunya hewan mamalia yang bisa terbang, kelelawar juga memiliki kemampuan untuk terbang dan mencari makan di malam hari. Kemampuan ini disebut ekolokasi. 

Ekolokasi atau disebut juga biosonar adalah sonar biologi yang digunakan oleh beberapa jenis binatang. Binatang yang memiliki kemampuan ekolokasi mengeluarkan bunyi dan mendengarkan pantulan bunyi tersebut yang dipantulkan oleh objek-objek yang ada di sekitarnya. Dengan menggunakan bunyi pantulan tersebut, binatang itu bisa mengidentifikasi keberadaan objek. Ekolokasi digunakan binatang sebagai alat navigasi untuk berkelana atau berburu.

Beberapa jenis binatang memiliki kemampuan ekolokasi, termasuk beberapa mamalia, beberapa jenis burung, seperti kelelawar, paus, lumba-lumba, juga celurut.

Istilah ekolokasi dicetuskan oleh Donal Griffin yang bekerja bersama Robert Galambos yang menemukan kemampuan ekolokasi pada kelelawar tahun 1938. Jauh sebelum itu, pada abad ke 18, ilmuwan Italia Lazzaro Spallanzani dengan serangkaian percobaan menyimpulkan bahwa kelelawar melakukan navigasi bukan dengan penglihatan melainkan dengan pendengaran. Pada saat itu, ekolokasi pada jenis paus belum di jelaskan, baru dua dekade setelah itu ekolokasi pada paus dijelaskan oleh Schevill dan McBride.

Posting Komentar untuk "Kelelawar dan Kemampuan Ekolokasinya yang Hebat"