Mengenal Burung Shoebill, Burung yang Kejam Terhadap Anaknya
Shoebill (paruh sepatu) dapat ditemukan di dataran Amboseli, Afrika, dan merupakan salah satu dari burung-burung langka yang sekilas mirip leluhur dinosaurus mereka. Coba saja lihat.
Shoebill merupakan salah satu jenis burung air besar yang memiliki bentuk unik dan tinggal di Benua Afrika. Burung yang juga disebut whale-headed stork ini termasuk dalam genus Balaeniceps dan keluarga Balaenicipitidae. Selain itu, burung bernama latin Balaeniceps rex ini memiliki berbagai keunikan dan fakta menarik dari karakter fisik maupun sifatnya.
Burung Shoebill ini menjadi salah satu burung yang unik dan memiliki kemiripan dengan jenis burung pelikan maupun bangau yang berhabitat di area perairan. Dilansir dari Mentalfloss, dulunya terdapat perdebatan mengenai burung Shoebill ini, karena memiliki bentuk fisik yang identik dengan bangau maupun pelikan.
Hingga kemudian pada penelitian terbaru yang mengambil sampel dari DNA dan sampel cangkang telurnya mendapati bahwa burung ini lebih berkerabat dekat dengan burung pelikan yang masuk keluarga Pelecaniformes.
Paruh burung Shoebill sangatlah kuat dan besar, yang mana dapat tumbuh hingga sepanjang 24 cm tebalnya mencapai 20 cm. Serta pada bagian ujungnya terdapat bagian runcing dan tajam, yang mampu mengoyak dan memotong mangsanya secara cepat hingga langsung menelannya.
Sementara makanan utama dari burung besar ini berupa lungfish dan berbagai jenis ikan lainnya. Menurut laman Audubon, selain jenis ikan tak jarang pula burung ini dapat memangsa anak buaya dan buaya kecil.
Burung-burung besar dan berat ini membuat sarang di tanah, dan bertelur tidak lebih dari 3 butir dalam satu waktu. Mereka secara alami pendiam dan dari lahir sudah kejam. Ketika para induknya sedang pergi mencari makan, si anak burung pertama, biasanya yang paling kuat, akan mulai mendominasi anak-anak yang lain. Si sulung akan mendorong telur/itik lain keluar dari sarang, lalu sibuk dengan bulu-bulu halusnya sendiri, mengambil perhatian dari telur-telur lain.
Yang membuatnya lebih parah, induk Shoebill tidak membesarkan lebih dari satu itik dalam satu waktu dan menelurkan yang lain hanya sebagai cadangan, jikalau yang pertama mati. Setelah mereka kembali dalam keadaan kenyang, siap untuk memberi makan anak-anak burung, si induk akan menilai keadaan di sarang. Mereka mengutamakan itik yang paling kuat dan menghabisi yang lain.
Memang ini adalah cara alam menjelaskan konsep yang kuat yang hidup, tapi ini adalah kekejaman murni. Shoebill menang karena sudah mengenalkan konsep bayi "cadangan kalau ada apa-apa".
Burung Shoebill ini masuk dalam burung terancam punah yang tergolong kategori vulnerable menurut IUCN Red List. Menurut Audubon, populasi binatang ini di alam liar juga terus menurun dan hanya tersisa sekitar 3300-5300 ekor saja di alam liar pada penelitian di tahun 2016, yang menurun dari tahun 2008 yang mencapai antara 5000-8000 individu.
Terus berkurangnya populasinya disebabkan banyaknya perburuan baik untuk diambil kulitnya ataupun untuk ditangkap untuk dijadikan sebagai peliharaan eksotis berharga mahal.
Tidak hanya itu saja, menurut Audubon, binatang ini termasuk pemalu sehingga ia membutuhkan ruang yang cukup besar untuk dirinya sendiri ketika mengerami. Karenanya, apabila ada manusia yang mendekat ke sarangnya ia akan meninggalkan telur dan anaknya. Sehingga sangat anak dan telurnya sangat riskan akan dimangsa oleh ular, kadal ataupun elang.
Sumber:
Quora
IDN Times
Shoebill merupakan salah satu jenis burung air besar yang memiliki bentuk unik dan tinggal di Benua Afrika. Burung yang juga disebut whale-headed stork ini termasuk dalam genus Balaeniceps dan keluarga Balaenicipitidae. Selain itu, burung bernama latin Balaeniceps rex ini memiliki berbagai keunikan dan fakta menarik dari karakter fisik maupun sifatnya.
Burung Shoebill ini menjadi salah satu burung yang unik dan memiliki kemiripan dengan jenis burung pelikan maupun bangau yang berhabitat di area perairan. Dilansir dari Mentalfloss, dulunya terdapat perdebatan mengenai burung Shoebill ini, karena memiliki bentuk fisik yang identik dengan bangau maupun pelikan.
Hingga kemudian pada penelitian terbaru yang mengambil sampel dari DNA dan sampel cangkang telurnya mendapati bahwa burung ini lebih berkerabat dekat dengan burung pelikan yang masuk keluarga Pelecaniformes.
Paruh burung Shoebill sangatlah kuat dan besar, yang mana dapat tumbuh hingga sepanjang 24 cm tebalnya mencapai 20 cm. Serta pada bagian ujungnya terdapat bagian runcing dan tajam, yang mampu mengoyak dan memotong mangsanya secara cepat hingga langsung menelannya.
Sementara makanan utama dari burung besar ini berupa lungfish dan berbagai jenis ikan lainnya. Menurut laman Audubon, selain jenis ikan tak jarang pula burung ini dapat memangsa anak buaya dan buaya kecil.
Burung-burung besar dan berat ini membuat sarang di tanah, dan bertelur tidak lebih dari 3 butir dalam satu waktu. Mereka secara alami pendiam dan dari lahir sudah kejam. Ketika para induknya sedang pergi mencari makan, si anak burung pertama, biasanya yang paling kuat, akan mulai mendominasi anak-anak yang lain. Si sulung akan mendorong telur/itik lain keluar dari sarang, lalu sibuk dengan bulu-bulu halusnya sendiri, mengambil perhatian dari telur-telur lain.
Yang membuatnya lebih parah, induk Shoebill tidak membesarkan lebih dari satu itik dalam satu waktu dan menelurkan yang lain hanya sebagai cadangan, jikalau yang pertama mati. Setelah mereka kembali dalam keadaan kenyang, siap untuk memberi makan anak-anak burung, si induk akan menilai keadaan di sarang. Mereka mengutamakan itik yang paling kuat dan menghabisi yang lain.
Memang ini adalah cara alam menjelaskan konsep yang kuat yang hidup, tapi ini adalah kekejaman murni. Shoebill menang karena sudah mengenalkan konsep bayi "cadangan kalau ada apa-apa".
Burung Shoebill ini masuk dalam burung terancam punah yang tergolong kategori vulnerable menurut IUCN Red List. Menurut Audubon, populasi binatang ini di alam liar juga terus menurun dan hanya tersisa sekitar 3300-5300 ekor saja di alam liar pada penelitian di tahun 2016, yang menurun dari tahun 2008 yang mencapai antara 5000-8000 individu.
Terus berkurangnya populasinya disebabkan banyaknya perburuan baik untuk diambil kulitnya ataupun untuk ditangkap untuk dijadikan sebagai peliharaan eksotis berharga mahal.
Tidak hanya itu saja, menurut Audubon, binatang ini termasuk pemalu sehingga ia membutuhkan ruang yang cukup besar untuk dirinya sendiri ketika mengerami. Karenanya, apabila ada manusia yang mendekat ke sarangnya ia akan meninggalkan telur dan anaknya. Sehingga sangat anak dan telurnya sangat riskan akan dimangsa oleh ular, kadal ataupun elang.
Sumber:
Quora
IDN Times
Posting Komentar untuk "Mengenal Burung Shoebill, Burung yang Kejam Terhadap Anaknya"